Senin, 03 Maret 2014

***Kholifah Sang Mujahidah***

"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang Kholifah di muka bumi" (Q.S. Al-baqoroh:30).
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku" (Adz-Dzariyat:56)
Sudah begitu nampak tujuan Alloh menciptakan hamba-Nya di muka bumi. Walaupun dua ayat di atas masih membutuhkan penafsiran yang lebih mendalam, namun hanya membaca dengan panca indera telanjang pun sudah
dapat kita tarik kesimpulan atau makna yang terkandung di dalam penggalan ayat Al-Quran tersebut.
Ketika seorang hamba dihadirkan ke dunia melalui perantara menyatunya dua aliran darah hingga menjadi gumpalan daging, dan tumbuh nampaknya seorang manusia dengan hiasan akal dan raga penyempurnanya, Alloh sudah mendesain taqdir masing-masing dari hamba-Nya dengan penuh keadilan dan kesempurnaan. Dengan adanya taqdir tersebut, manusia sangat diwajibkan untuk bisa merajutnya dengan penuh keta’atan agar tercipta sebuah penghambaan yang begitu merapat rapi bak rajutan benang yang dirangkai oleh tangan-tangan indah.
Begitu juga dengan pribadi kita masing-masing. Sudahkah kita menyadari tujuan apa saja yang mendasari Alloh menciptakan kita di bumi? Jawaban tepatnya tidak akan melenceng dari penggalan ayat Al-Quran di atas.
Sangat erat kaitannya dengan saya sebagai salah satu dari sekian triliun hamba yang telah Alloh ciptakan, saya harus yakin dan menyadari akan tugas dan tujuan yang harus saya lakoni layaknya seorang hamba yang menghambakan hati hanya untuk Tuhan-nya.
Berawal dari pikiran saya yang masih lugu, mengira hidup ini singkat hanya sebatas berperan menjadi bayi mungil kemudian tumbuh menjadi balita, lanjut menjadi anak-anak hingga bertambah dewasa dan menapaki perlahan sisa hidup di usia renta hingga menempati tempat terakhir. Namun tidak sesingkat daun yang menggugurkan dirinya di atas tanah, saya adalah hamba yang telah Alloh berikan tugas untuk menjadi seorang Kholifah di muka bumi ini.
Kholifah dalam penafsiran khusus adalah seorang pemimpin bagi diri sendiri dan menyebarkan kepemimpinannya bagi orang lain dengan batasan menurut syar’i (bagi perempuan).
Bersamaan dengan peran saya sebagai seorang Kholifah, tentunya hidup dituntut jangan terpaku monoton di garis yang sudah ditentukan, tidak juga untuk melanggar taqdir, namun ini adalah perintah berikhtiar di jalan Alloh dan bertawakkal kepada Alloh.
Saya yakin, ini sudah menjadi harapan rata-rata wanita Muslim di dunia untuk menjadi wanita sholehah seutuhnya. Ya, harapan itu adalah menjadi wanita sholehah dengan hiasan tawadu’ dalam dirinya. Harapan ini memang memerlukan perjuangan cerdas agar bisa sampai ke tingkatan makrifat tersebut, karena sudah diberikan rumus dari awalnya “banyak jalan menuju Roma”. Artinya banyak sekali ikhtiar yang bisa wanita Muslim lakukan demi tercapainya harapan mulia tersebut.
Selain harapan itu juga, saya merasa hidup tidak hanya di satu tempat. Masih ada sarang yang harus saya diam di dalamnya. Ya, itu adalah dunia fana yang sudah kita sangat kenal dan menjadi sahabat sehari-hari. Dunia adalah jembatan menuju akhirat yang kekal. Dengan begitu, kita harus semaksimal mungkin apik dalam merajut kehidupan di dunia tanpa melupakan khazanah sebagai seorang wanita.
Alloh selalu memberi keluasan bagi hamba-Nya untuk tetap meraih dunia yang menjadi ambisi sementara, dan di sinilah letak desain taqdir Alloh yang menitik beratkan sifat Keadilan. Alloh tidak pernah marah ketika kita berikhtiar bukan untuk akhirat-Nya, melainkan Alloh memberikan fasilitas agar kita mudah menjalani ikhtiar tersebut.
Sangat beragam tujuan atau harapan hamba Alloh terutama wanita demi terpenuhinya ambisi yang meluap dalam tensi jihadnya. Meski kita adalah wanita Muslim, tak menutup kemungkinan kita mempunyai cita-cita atau impian untuk menyempurnakan kodrat kita sebagai hamba berhati lembut serta berjiwa jihad fii Sabilillah. Saya saja contohnya, yang tidak sedikit tekanan tensi jihad saya untuk menggenggam dunia dalam satu kepalan tangan, meski seperti itu angannya tapi saya yakin Alloh selalu bersama orang-orang yang ingin menyempurnakan kodratnya sebagai Kholifah.
Dengan adanya ambisi ini, saya merasa sangat termotivasi dalam meraih harapan dan cita-cita saya. Berharap sekarang dan selamanya menjadi wanita yang berhijab istiqomah nan tawadu’. Setelah harapan itu terlaksana, saya menginginkan sedikit kelebihan dari anugerah yang telah Alloh jatahkan bagi ummat-Nya yakni hati yang menggebu menginginkan dirinya bermanfaat bagi orang lain. Bukankah dalam hadits sering disinggung bahwa sebaik-baik ummat adalah dia yang bermanfaat bagi orang lain? Nah, saya juga begitu, ingin sekali bisa memberikan manfaat semampu-mampunya diri saya mencurahkan apa yang bisa saya lakukan demi kemaslahatan ummat. Jika dikhususkan apa yang menjadi harapan saya di kalimat sebelumnya, itu sangatlah luas jika harus ditafsirkan.
Tapi, sedikit kita singgung dari sekian makna yang terkandung dalam kalimat harapan di atas. Jika mengondisikan dengan keadaan zaman sekarang, sangat dibutuhkan sekali orang yang ikhlas meluangkan waktu dan mengamalkan ilmunya untuk mereka yang ingin hijrah dari garis ke-jahiliyah-annya, atau menjadi pahlawan saat banyak orang yang menginginkan kesabaran juga kesembuhan dari nikmat sakitnya agar mereka bisa menambah tenaga untuk beribadah kepada Alloh, bahkan yang sedang marak menjadi tren topic di Negara kita tentang langkanya orang yang jujur dalam kekuasaannya. Namun, cita-cita yang bernomor urut terakhir ini belum bisa saya stabilkan tensi jihadnya karena mengemban amanat itu ibarat memikul bola dunia di atas kepala kita yang kerdil, itu khusus bagi saya…
Masih banyak lagi peran seorang Kholifah di muka bumi yang sangat bermanfaat bagi ummat lainnya.
Dengan demikian, apa yang telah kita niatkan untuk kepentingan dan kemaslahatan ummat, itu sudah merupakan catatan amal kebaikan untuk bekal di akhirat nanti. Semoga Alloh tetap dan selalu meridhoi setiap langkah kita selaku hamba-Nya dalam memerankan figur Kholifah di muka bumi…
Amin Yaa Alloh Yaa Robbal’alamiin…


#Silakan share... :-)


Tik-tik Siti Mukarromah


0 komentar:

Posting Komentar