Pilih mutiara dalam kerang atau mutiara yang terdampar di pinggiran pantai? Dua-duanya
memang mutiara, indah lagi, tapi masih banyak perbedaan yang melekat di
antaranya . Karena tidak semua mutiara berkilau , kadang kecantikan
mutiara itu lebur dimakan lumpur. Tanpa mencari maksud tulisan ini, kita
kaitkan langsung mutiara itu dengan wanita.
Kenapa harus wanita?
Lho,
bukankah dunia itu perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan adalah
wanita sholehah? Itu yang tercantum dalam hadits, tidak merujuk kepada
lelaki sholeh karena apapun ada bagian-bagiannya.hehe…
Wanita
selalu menjadi hiasan di setiap belahan dunia. Tapi, hiasan tidak
selamanya indah, bagusnya hiasan itu berupa kilauan permata, tapi bagaimana jika hiasan itu hanya aksesoris yang super amatiran? Disebut cantik juga masih bersifat relative.
Nah, kita bahas bersama yuk!
Sudah
sangat dipahami, Islam membawa kemuliaan bagi para muslimah yang ingin
menyempurnaan kodratnya sebagai mutiara semesta. Dengan memberi seruan
dalam Kitab Alloh, itu sudah menjadi penguat bahwa Islam mengajarkan
hamba-Nya dengan cara yang indah. Tanpa harus kita menggali ke dasar
bumi di mana perintah itu terkubur atau membelah langit sampai
ditemukannya lembaran seruan yang dimaksud, tidak ternyata. Islam
memberikan pelayanan yang memudahkan kita dalam memahaminya.
Ada
ayat yang memang penting untuk diuraikan lebih dalam di zaman yang sudah
seperti benang kusut ini, tidak menentu dan hilang arah.
Dengan menyebut nama Alloh Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
“Wahai
Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu dan putri-putrimu serta
wanita-wanita kaum mukminin, hendaklah mereka mengulurkan jilbab-jilbab
mereka di atas tubuh mereka. Yang demikian itu lebih pantas bagi mereka
untuk dikenali (sebagai wanita merdeka dan wanita baik-baik) hingga
mereka tidak diganggu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Penyayang.”
(Al-Ahzab: 59).
Maha Benar Alloh dengan segala firman-Nya.
Yuk, lanjutin lagi perbincangan kita di note ini! :)
Khusus bagi muslimah dan umumnya bagi semua, sebenarnya siapa yang menugaskan kita untuk berhijab?
Untuk apa kita berhijab?
Sampai kapan kita harus berhijab seperti ini?
Jawaban
dari pertanyaan di atas sangatlah penting, tapi hanya sedikit manusia
yang hidup hatinya dan peka terhadap pertanyaan demikian, terutama bagi
kaum wanita. Memang, pertanyaan itu tidak harus dihafal, tapi harus
dijawab. Tidak juga harus dijawab tapi harus dipahami. Tidak juga harus
dipahami tapi harus diamalkan.
Diamalkan? Dari segi “mana”nya?
Gini lhooo…
Islam lah yang menyuruh kita berhijab, dan Alloh lah yang menyeru kasih sayang itu dalam Kitab-Nya.
Beda surat, beda ayat menegaskan perintah berhijab.
Pentingnya
berhijab tergantung pada sikap hati kita masing-masing. Dan sampai
kapan hijab itu mampu bertahan, hanya cinta yang mampu merekatkannya
sampai mati. Karena hijab ibarat cincin penguat antara mereka yang
sedang memadu kasih, kalaulah satu cincin di antara mereka dilepas, akan
ada rasa kecewa bahkan marah dari salah satu pemeran cinta tersebut.
Begitu juga dengan Alloh dan diri kita sendiri yang sampai kapan cinta
hijab ini mampu kita pertahankan hanya untuk Alloh. Masih bingung juga?
Atau belum tahu kenapa Islam “memaksa” kita untuk berhijab?
Mungkin,
harus dipahami terlebih dahulu arti penting hijab itu. Hijab adalah
tanda kehormatan seorang muslimah dan jembatan dalam meraih sebuah
kesucian. Dengan berhijab kita telah meraih sedikitnya kemuliaan menjadi
seorang wanita sholehah.
Jadi ingat, ada sepenggal curhatan wanita yang masih mempertanyakan keindahan hijab ada di sebelah mananya.
“saya
suka panas kalau berhijab. Panasnya ibarat saya makan cabe gendot yang
pedasnya bisa menjadikan abu bagi semangat saya, atau ketika saya dengan
bangga mengakui Islam dengan berhijab, tapi saya selalu diperolokkan
dengan sebutan “wanita sok ketuaan”, itu menyulitkan saya dalam
berhijab, sering merasa capek karena terlalu terjal perjalanan yang
harus saya tempuh, ibarat mendaki gunung berbatu yang tak berpuncak. Di
mana kebahagiaan berhijab itu? Di mana juga letak keindahannya?”
Miris
sekali membaca pernyataan di atas, menurut saya pikiran mereka terlalu
primitif untuk hal ini. Terlalu buntu yang akibatnya bisa menjadi
inhibitor bagi dirinya dan tekad suci masing-masing. Sangat disayangkan,
padahal kesalahan ada pada niat awal mereka.
Memang, hijab
bukanlah hal yang asing di kalangan masyarakat pada umumnya. Mereka
memiliki niat tersendiri dalam mempertahankan tekad ini. Dari niat
masing-masing lah akan terasa sejauh mana keikhlasan kita dalam
berhijab. Jika hijab itu terasa panas menyengat, sadarlah barangkali
hati kita masih panas oleh “bara” dunia. Panas melihat gemerlapnya dunia
yang seakan telah menghipnotis mata kita untuk tetap menatapnya. Atau,
saat hijab itu terasa berat untuk dipakai, sadarlah karena pada saat itu
juga kehidupan hati kita yang belum bisa stabil. Masih berat hati
melangkah kepada bahagianya dunia yang seakan menjanjikan keringanan
dalam menapaki jembatan ini. Atau bahkan hijab itu seakan memfitnah kita
sebagai wanita tak bernyali (mengumbar kecantikan), pernyataan ini
sangatlah salah untuk diungkapkan. Justru dengan berhijab, apa yang ada
dalam diri kita akan tersimpan rapi dan terjaga tanpa ada seorangpun
yang bisa menikmati kecantikan di balik hijab suci ini, bahkan hijab
menjadi penguat bahwa keindahan dan kecantikan sejati adalah saat kita
diberi hiasan dengan tirai hijab kehormatan.
Bagaimana, masih ragu dengan hijab?
Ayo, pilih mutiara dalam kerang atau mutiara yang terdampar di pinggiran pantai?
Berhijab
itu indah, jadikanlah hijab sebagai jati diri kita, karena hijab telah
menjadi satu dari sekian banyak identitas Islam dalam rihlah menuju
kemuliaan.
Mulai berhijab, terus tingkatkan dan tetap istiqomah ^_^
-Tiktik Siti Mukaromah-

Senin, 03 Maret 2014
HIJAB? NO DOUBT!!!
22.33
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)











0 komentar:
Posting Komentar