Senin, 03 Maret 2014

HIJAB? NO DOUBT!!!

Pilih mutiara dalam kerang atau mutiara yang terdampar di pinggiran pantai? Dua-duanya memang mutiara, indah lagi, tapi masih banyak perbedaan yang melekat di antaranya . Karena tidak semua mutiara berkilau , kadang kecantikan mutiara itu lebur dimakan lumpur. Tanpa mencari maksud tulisan ini, kita kaitkan langsung mutiara itu dengan wanita.
Kenapa harus wanita?

Lho, bukankah dunia itu perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita sholehah? Itu yang tercantum dalam hadits, tidak merujuk kepada lelaki sholeh karena apapun ada bagian-bagiannya.hehe…
Wanita selalu menjadi hiasan di setiap belahan dunia. Tapi, hiasan tidak selamanya indah, bagusnya hiasan itu berupa kilauan permata, tapi bagaimana jika hiasan itu hanya aksesoris yang super amatiran? Disebut cantik juga masih bersifat relative.
Nah, kita bahas bersama yuk!
Sudah sangat dipahami, Islam membawa kemuliaan bagi para muslimah yang ingin menyempurnaan kodratnya sebagai mutiara semesta. Dengan memberi seruan dalam Kitab Alloh, itu sudah menjadi penguat bahwa Islam mengajarkan hamba-Nya dengan cara yang indah. Tanpa harus kita menggali ke dasar bumi di mana perintah itu terkubur atau membelah langit sampai ditemukannya lembaran seruan yang dimaksud, tidak ternyata. Islam memberikan pelayanan yang memudahkan kita dalam memahaminya.
Ada ayat yang memang penting untuk diuraikan lebih dalam di zaman yang sudah seperti benang kusut ini, tidak menentu dan hilang arah.

Dengan menyebut nama Alloh Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu dan putri-putrimu serta wanita-wanita kaum mukminin, hendaklah mereka mengulurkan jilbab-jilbab mereka di atas tubuh mereka. Yang demikian itu lebih pantas bagi mereka untuk dikenali (sebagai wanita merdeka dan wanita baik-baik) hingga mereka tidak diganggu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Penyayang.” (Al-Ahzab: 59).
Maha Benar Alloh dengan segala firman-Nya.
Yuk, lanjutin lagi perbincangan kita di note ini! :)

Khusus bagi muslimah dan umumnya bagi semua, sebenarnya siapa yang menugaskan kita untuk berhijab?

Untuk apa kita berhijab?
Sampai kapan kita harus berhijab seperti ini?

Jawaban dari pertanyaan di atas sangatlah penting, tapi hanya sedikit manusia yang hidup hatinya  dan peka terhadap pertanyaan demikian, terutama bagi kaum wanita. Memang, pertanyaan itu tidak harus dihafal, tapi harus dijawab. Tidak juga harus dijawab tapi harus dipahami. Tidak juga harus dipahami tapi harus diamalkan.
Diamalkan? Dari segi “mana”nya?
Gini lhooo…
Islam lah yang menyuruh kita berhijab, dan Alloh lah yang menyeru kasih sayang itu dalam Kitab-Nya.
Beda surat, beda ayat menegaskan perintah berhijab.
Pentingnya berhijab tergantung pada sikap hati kita masing-masing. Dan sampai kapan hijab itu mampu bertahan, hanya cinta yang mampu merekatkannya sampai mati. Karena hijab ibarat cincin penguat antara mereka yang sedang memadu kasih, kalaulah satu cincin di antara mereka dilepas, akan ada rasa kecewa bahkan marah dari salah satu pemeran cinta tersebut. Begitu juga dengan Alloh dan diri kita sendiri yang sampai kapan cinta hijab ini mampu kita pertahankan hanya untuk Alloh. Masih bingung juga? Atau belum tahu kenapa Islam “memaksa” kita untuk berhijab?
Mungkin, harus dipahami terlebih dahulu arti penting hijab itu. Hijab adalah tanda kehormatan seorang muslimah dan jembatan dalam meraih sebuah kesucian. Dengan berhijab kita telah meraih sedikitnya kemuliaan menjadi seorang wanita sholehah.
Jadi ingat, ada sepenggal curhatan wanita yang masih mempertanyakan keindahan hijab ada di sebelah mananya.
“saya suka panas kalau berhijab. Panasnya ibarat saya makan cabe gendot yang pedasnya bisa menjadikan abu bagi semangat saya, atau ketika saya dengan bangga mengakui Islam dengan berhijab, tapi saya selalu diperolokkan dengan sebutan “wanita sok ketuaan”, itu menyulitkan saya dalam berhijab, sering merasa capek karena terlalu terjal perjalanan yang harus saya tempuh, ibarat mendaki gunung berbatu yang tak berpuncak. Di mana kebahagiaan berhijab itu? Di mana juga letak keindahannya?”
Miris sekali membaca pernyataan di atas, menurut saya pikiran mereka terlalu primitif untuk hal ini. Terlalu buntu yang akibatnya bisa menjadi inhibitor bagi dirinya dan tekad suci masing-masing. Sangat disayangkan, padahal kesalahan ada pada niat awal mereka.
Memang, hijab bukanlah hal yang asing di kalangan masyarakat pada umumnya. Mereka memiliki niat tersendiri dalam mempertahankan tekad ini. Dari niat masing-masing lah akan terasa sejauh mana keikhlasan kita dalam berhijab. Jika hijab itu terasa panas menyengat, sadarlah barangkali hati kita masih panas oleh “bara” dunia. Panas melihat gemerlapnya dunia yang seakan telah menghipnotis mata kita untuk tetap menatapnya. Atau, saat hijab itu terasa berat untuk dipakai, sadarlah karena pada saat itu juga kehidupan hati kita yang belum bisa stabil. Masih berat hati melangkah kepada bahagianya dunia yang seakan menjanjikan keringanan dalam menapaki jembatan ini. Atau bahkan hijab itu seakan memfitnah kita sebagai wanita tak bernyali (mengumbar kecantikan), pernyataan ini sangatlah salah untuk diungkapkan. Justru dengan berhijab, apa yang ada dalam diri kita akan tersimpan rapi dan terjaga tanpa ada seorangpun yang bisa menikmati kecantikan di balik hijab suci ini, bahkan hijab menjadi penguat bahwa keindahan dan kecantikan sejati adalah saat kita diberi hiasan dengan tirai hijab kehormatan.

Bagaimana, masih ragu dengan hijab?
Ayo, pilih mutiara dalam kerang atau mutiara yang terdampar di pinggiran pantai?

Berhijab itu indah, jadikanlah hijab sebagai jati diri kita, karena hijab telah menjadi satu dari sekian banyak identitas Islam dalam rihlah menuju kemuliaan.
Mulai berhijab, terus tingkatkan dan tetap istiqomah  ^_^



-Tiktik Siti Mukaromah-


0 komentar:

Posting Komentar