Tuhan…
Peluk Aku Sejenak
Hasbiyalloohu ni’mal wakiil, ni’mal maula
wani’mannashiir…
Tuhan, hamba adalah manusia kerdil yang hanya bisa terus
meminta pada-Mu, tanpa dengan penghambaan yang sempurna.
Kurang ajar!!!
Ini memang kata untukku.
Tapi saat ini, hamba mohon dengan rintihan yang tak harus diperdengarkan.
Tapi inilah suara hatiku…
Tuhan, berilah mereka hujan tidak dengan luapan banjir. Cukuplah hamba yang tenggelam di dalamnya
Tuhan, berilah mereka embun tidak dengan kabutnya. Cukuplah hamba yang buta dalam gelapnya
Tuhan, berilah mereka angin tidak dengan badainya. Cukuplah hamba yang ditelan di dalamnya
Tuhan, berilah mereka ombak indah tanpa dengan terjangan dahsyatnya. Karena cukuplah hamba yang dikoyak di dalamnya
Kurang ajar!!!
Ini memang kata untukku.
Tapi saat ini, hamba mohon dengan rintihan yang tak harus diperdengarkan.
Tapi inilah suara hatiku…
Tuhan, berilah mereka hujan tidak dengan luapan banjir. Cukuplah hamba yang tenggelam di dalamnya
Tuhan, berilah mereka embun tidak dengan kabutnya. Cukuplah hamba yang buta dalam gelapnya
Tuhan, berilah mereka angin tidak dengan badainya. Cukuplah hamba yang ditelan di dalamnya
Tuhan, berilah mereka ombak indah tanpa dengan terjangan dahsyatnya. Karena cukuplah hamba yang dikoyak di dalamnya
Cinta yang menjadikan hamba mengemis pada-Mu.
dan ini pula, Cinta yang Kau berikan untuk hamba yang hina sepertiku.
dan ini pula, Cinta yang Kau berikan untuk hamba yang hina sepertiku.
Ini terasa indah…
Saat burung merdu Kau nyanyikan
Saat garis pelangi Kau bentangkan
Saat bunga di musim semi Kau tumbuhkan
Saat bintang malam Kau sempurnakan
Saat burung merdu Kau nyanyikan
Saat garis pelangi Kau bentangkan
Saat bunga di musim semi Kau tumbuhkan
Saat bintang malam Kau sempurnakan
Bagiku, ini bukan ejekan burung membisingkan
telingaku
Bagiku, ini bukan garis pelangi yang menghalangi pandanganku
Bagiku, ini bukan bunga berduri yang menusuk jemariku
Bagiku, ini bukan bintang yang menyilaukan gelap malamku
Bagiku, ini bukan garis pelangi yang menghalangi pandanganku
Bagiku, ini bukan bunga berduri yang menusuk jemariku
Bagiku, ini bukan bintang yang menyilaukan gelap malamku
Aku iri pada rintik hujan. Karena di akhir rihlahnya
ia memberi kesuburan di atas bumi
Aku iri pada mentari. Karena setiap harinya ia menjadi surya di atas bumi
dan Aku iri pada rembulan. Karena di setiap malamnya ia bersinar di atas bumi.
Aku iri pada mentari. Karena setiap harinya ia menjadi surya di atas bumi
dan Aku iri pada rembulan. Karena di setiap malamnya ia bersinar di atas bumi.
Tuhan… inilah bukti betapa kerdilnya diriku.
Lisan yang tak sering memuji asma-Mu, tidak seperti hembusan angin yang senantiasa berdzikir kepada-Mu
Hati yang sering melupakan cinta-Mu, tidak seperti sejatinya cinta rembulan pada malam.
Di atas sehelai kain suci ini, hamba merunduk malu di tengah malam tak
berpenghuni. Hingga di kedua pipi mengalir sungai air mata sayuku. Hamba lemah
merangkul perlahan tempat sujudku, Mengucap tasbih seraya menyucikan Asma-MuLisan yang tak sering memuji asma-Mu, tidak seperti hembusan angin yang senantiasa berdzikir kepada-Mu
Hati yang sering melupakan cinta-Mu, tidak seperti sejatinya cinta rembulan pada malam.
Meraih dengan jemari kecilku butiran tasbih yang menatap tajam raut wajah pucat nan layu
Butiran tasbih indah memberikan irama rintih di kesunyian ruang bercahaya redup
Biasan cahaya, melukiskan goresan indah di muka dinding berselimut debu.
Dzikirku terhenti, isak tangis membisingkan suasana ruang yang redup
Mulai menengadahkan tangan, Berharap Sang Kholiq mengabulkan sebuah harapan.
"Yaa Alloh... inilah saat aku menghambakan diri yang hina di hadapan-Mu.
Mengakui segala dosa perdosa yang telah diperbuat penuh nafsu.
Hamba malu, yaa Robb. Melihat diri ini dengan pandangan jijik.
Diri yang berlumuran dosa, hati yang berselimut debu, lisan yang membeku, dan pikiran yang lupa ingatan akan keberadaan-Mu.
Di mana letak nuaraniku? Di mana letak cintaku pada-Mu?
Yaa Robb... Maha Pengasihnya Engkau tidak terkira dari kasihnya rembulan akan sunyinya malam
Dan dari cintanya mentari akan sejuknya pagi.
Engkau tak pernah bosan melihat hamba-Mu yang berdosa terus mengingkari kebenaran Agama-Mu
Engkau tidak pernah bosan mendengarkan rintihan hamba saat kesedihan meremukkan jiwanya. Subhaanallooh... Beruntungnya hamba berTuhan pada-Mu.
Tuhan Yang Maha Pengasih, Tuhan Yang Maha Mendengar, Tuhan Yang Maha Pemaaf, ALLOH...
Jadikanlah aku hamba yang senantiasa Engkau ridhoi langkahnya,
Hamba yang Engkau hiasi ketawadhuan dalam hijab pandangannya
Dan hamba yang Engkau sempurnakan keislamannya.
Seandainya di tengah rihlah jihadku hamba rapuh
Terangilah hamba dengan cahaya ketauhidan-Mu
Bimbinglah hamba di jalan yang telah Kau luruskan untuk hamba-hamba pilihan-Mu.
Dan peluklah hamba dengan kasih sayang-Mu…"












Alhamdulillah, luar biasa :)
BalasHapus