PENGKHIANATAN adalah cara Wallachia
yang paling tua dalam sejarah Islam. Dan dalam satu pengkhianatan singkat
semacam itu, Vlad II diam-diam membiarkan anak-anaknya, Mircea dan Vlad IV,
untuk memulai suatu pemberontakan.
Drakula muda melihat ini dan
kemudian bergabung dalam pemberontakan Mircea melawan Ottoman serta klan
Danesti yang didukung oleh panglima perang Hungaria
, John Hunyadi. Pada
akhirnya, Hunyadi menyerbu Ayah Drakula, membunuhnya di rawa-rawa Bălteni,
sebelum dibutakan dan dikubur hidup-hidup di Mircea Târgovişte.
Hunyadi kemudian menunjuk Vladislav
II sebagai Pangeran Danesti, dan mempunyai kekuasaan lebih daripada Wallachia.
Dalam ambisinya dan nafsu kekuasaan, Drakula mengesampingkan setiap sentimen
dendam akan ayahnya yang disembelih. Ia bekerja untuk Hunyadi sebagai
penasihatnya. Ketika John Hunyadi pergi untuk menghadapi Turki di Belgrade di
Serbia, Drakula menyerang dan membunuh Vladislav dan merebut tahta kekuasaan.
Satu wabah penyakit pecah di kamp
Hunyadi itu, menginfeksi Vlad dan menyebabkan kematiannya. Sultan Mehmet
terluka parah dalam pertempuran. Peristiwa ini menjadikan Drakula memerintah
Wallachia selama 6 tahun. Itu satu-satunya saat ia memerintah rumahnya sendiri
begitu lama.
Impaler
“Aku telah membunuh hampir semua
orang, laki-laki dan perempuan, tua dan muda … Kami membunuh 23.884 orang Turki
dan Bulgaria tanpa menghitung mereka yang kami bakar di rumahnya atau yang
kepalanya yang langsung dipenggal oleh tentara kami…” (Drakula, dalam sebuah surat kepada Matthias
Corvinus—rivalnya).
Ketika Sultan Mehmet melihat
hutan-hutan gundul yang busuk di kejauhan, ia segera menyadari kengerian apa
yang tengah menghampirnya. Mereka begitu dekat ke tujuan mereka, ibukota
Wallachia dari Târgovişte, tapi angka pasukan di kavaleri semakin tidak jelas,
susah, diatur dan infanteri merasa sakit. Ketika itu ia menyadari, ia sudah
melewati 20.000 mayat, laki-laki, perempuan dan anak-anak, semua korban Drakula
di musim dingin 1462.
Sebagai seorang yang mengerti
tentang Islam, dia bergerak bebas di lingkungan kamp Ottoman. Ia menjadi
seorang Turki tanpa diketahui. Akibatnya, sangat mematikan bagi umat Islam.
Drakula memasuki Serbia dengan anak buahnya berpakaian sebagai Sipahis Turki
dan membantai semua penduduk Muslim di sebuah desa, dan orang-orang non-Muslim
menunjukkan kepadanya dimana saja Muslim di desa itu.
Tujuannya adalah meninggalkan
kenang-kenangan mengerikan untuk Sultan Mehmet yang akan segera mengambil
ibukota mereka. Mereka mendirikan monumen ini sebagai alarm untuk Sultan dan
meneror pasukannya dengan harapan bahwa Sultan dan pasukannya mungkin berbalik
dan mundur kembali ke barak.
Yang luar biasa adalah bahwa tidak
ada catatan desersi massa apapun soal tentara Ottoman setelah menyaksikan ini.
Namun, beberapa sejarawan menyimpulkan bahwa Sultan Mehmet II kehilangan selera
untuk memburu ‘vampir’ setelah invasi Wallachia ini, dan meninggalkan tugas
hingga satu-satunya tujuan adalah memburu Drakula dan membunuhnya.
Setelah mengambil ibukota Wallachia
dari Târgovişte, Mehmet kembali ke barak, menugaskan perburuan Drakula kepada
Radu. Semua orang tahu, orang terbaik yang bisa memburu Drakula hanya satu,
saudara kandungnya sendiri.
Kejadian ini menjadikan Drakula
disebut sebagai Vlad Dalam bahasa Rumania, “Tepes” yang berarti “Impaler”—atau
kurang lebih taring yang menggantung. Legenda mengatakan bahwa jika Anda
berada dalam jarak dekat, Anda bisa melihat taring Drakula sebagai peringatan
tersembunyi atas seorang vampir yang mengerikan, bernafsu terhadap darah.
[sa/islampos/world bulletin]
BERSAMBUNG












0 komentar:
Posting Komentar